Melek Literasi, Melek Demokrasi
![]() |
| DPC Jakarta Timur gelar seminar bertemakan "Mahasiswa, Demokrasi, dan Ketimpangan Sosial" - Gambar: Dok. Internal. |
Jakarta Timur - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PMKRI Cabang Jakarta Timur menggelar seminar bertajuk "Mahasiswa, Demokrasi, dan Ketimpangan Sosial" pada Kamis, 17 Juli 2025. Para pembicara, diantaranya: Josephine Simanjuntak dan Raden Gusti Yulifard, anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta, Lucius Karus, peneliti di Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI), dan Laurens Ikinia, Dosen Hubungan Internasional sekaligus Peneliti di Pusat Kajian Studi Pasifik Universitas Kristen Indonesia dengan peserta dari elemen mahasiswa.
Ketua Presidium PMKRI Jakarta Timur, Vitus Emanuel Rahman dalam opening speech-nya menyoroti bahwa begitu pesatnya kehadiran dan partisipasi mahasiswa dalam ruang gerak yang ada tetapi, masih terjebak dalam rutinitas organisasi yang tidak membumi. Seyogianya peningkatan jumlah kader mesti linear dengan tingginya tingkat partisipasi dalam ruang-ruang sosial dengan buah pikiran dan karya yang nyata. Karenanya forum-forum dialog perlu digelar untuk merefleksikan situasi ataupun capaian yang ada.
“Penting bagi kami membiasakan diri dengan dialog konstruktif dan refleksi kritis seperti ini, agar cara pandang lebih diperkaya dan makin tajam dalam mencermati rangkaian masalah dan ketimpangan sosial yang masih menggurita dalam realitas bermasyarakat-bernegara kita” tutur pria yang kepengurusannya dilantik pada 28 Juni lalu itu.
Pergelaran seminar ini sekaligus menjadi pembuka kegiatan Pekan Orientasi Fungsionaris (POF) DPC PMKRI Cabang Jakarta Timur Periode 2025/2026. POF merupakan salah satu agenda penting di PMKRI yang bertujuan untuk pembekalan kepengurusan baru sebelum memulai ataupun menjalankan program kerja bersama.
Senator Josephine Simajuntak menyoroti dinamisasi gerakan mahasiswa dalam peradaban modern. Bahwa keberadaan organisasi mahasiswa yang senantiasa harus selaras zaman begitu penting dalam memperjuangkan keresahan maupun aspirasi masyarakat.
"Kalian, gerakan mahasiswa zaman sekarang itu cukup baik. Tapi jangan pernah lupa bagaimana pendiri dan pahlawan nasional mendirikan bangsa ini. Kalian sesuaikan dengan gerakan kalian saat ini. Berinovasi terus menerus, terutama di era modern, semua menggunakan teknologi canggih,” ujar perempuan yang sewaktu muda juga aktif di organisasi kepemudaan itu.
![]() |
| Kiri-Kanan: Gio Rening selaku moderator, Gusti Yulifard, Josephine Simanjutak, Emanuel Rahman, Lucius Karus, dan Laurens Ikinia - berpose usai seminar. Gambar: Dokumentasi Internal |
Hal serupa ditegaskan Raden Gusti Yulifard bahwa betapa urgen bagi mahasiswa memperluas dan mempererat jejaring, tidak hanya di tataran organisasi intra-ekstra kampus tetapi juga dengan para pemangku kepentingan. Upaya demikian dapat berkontribusi pada tercapainya target-target kolektif organisatoris.
“Kalau teman-teman punya passion disana, silahkan. Jejaring itu sangat penting dan itulah poin penting dalam forum atau gerakan seperti ini. Teman-teman punya banyak cara sebenarnya. Kolaborasi dengan pemerintahan sebagai akademisi itu juga sangat bisa.” tandas pria mantan Ketua DPD KNPI pada tahun 2016 itu.
Sementara Lucius Karus lebih menyoroti isu-isu kebijakan parlemen di tingkat pusat, DPR RI, yang hari-hari ini begitu meresahkan. Ruang-ruang gerak legislatif yang kerap dibatasi dengan sendirinya mencederai prinsip-prinsip demokrasi itu sendiri. Menengarai situasi tersebut, peran kritis mahasiswa menjaga kadar partisipasi publik dalam setiap upaya penciptaan kebijakan publik strategis.
“Berbicara tentang isu parlemen, saat ini juga teman-teman DPR bisa dibilang dibatasi ruang geraknya. Teman-teman tolong baca itu RKUHAP. Disana bisa dilihat. Misalnya jumlah DPR ada 575, yang hadir berapa saja, namun itu sah dan dinyatakan quorum.” tegas Lucius .
Pada kesempatan terakhir, Laurens Ikinia mewakili akademisi menyoroti dan memantik peserta untuk terus melakukan peran-peran strategis yang bisa diupayakan melalui berbagai cara sekarang. “Teman-teman jangan pernah lupa satu hal bahwa teman-teman itu mahasiswa dan sangat mahal lho. Ada begitu banyak pintu terbuka menyambut ide kalian. Membaca buku, menulis dan mempublikasikannya. Tujuan yang teman-teman ingin capai itu tidak lagi hanya harus turun di jalan. Membaca dan membuat kajian, kolaborasi dengan banyak pihak sebagai akademisi itu juga penting,” pungkasnya.
Ia jua mengaitkan problem demokrasi yang tidak hanya terjadi di Indonesia, negara-negara Pasifik pun mengalami hal serupa. Namun, tidak berarti menormalisasikan masalah yang sangat berbahaya ini. “Ada beberapa negara di Pasifik yang tidak pernah dijajah. Itu artinya apa? Karakteristik warga Indonesia sangat tekun sehingga penjajah betah. Saya kagumi itu dan teman-teman, silahkan gunakan ketekunan itu untuk membangun cita-cita bersama kalian.” tegasnya.
Dilema-dilema yang disampaikan dalam diskusi dengan peserta cukup terjawab dalam beberapa narasi dan rekomendasi yang disampaikan narasumber, mulai dari strategi hingga capacity building dan perluasan isu-isu yang menjadi perhatian.
Harapannya adalah, melalui seminar ini, kehadiran kader PMKRI Cabang Jakarta Timur tidak hanya menjadi simbol semata tetapi mampu menembus dinding-dinding yang membatasi ruang geraknya, baik secara internal maupun eksternal gerakan.
Religioi Omnium Scientiarum Anima - Pro Eclessia et Patria
Kontributor:
Religioi Omnium Scientiarum Anima - Pro Eclessia et Patria
Kontributor:
Trisna Manjur - Sekretaris Jenderal PMKRI Jaktim


Posting Komentar untuk "Melek Literasi, Melek Demokrasi"